Misteri Karet Oblong Tjipetir dan Kapal Titanic

Karet Oblong  biasa di sebut masyarakat sekitar tetapi untuk nama kerennya Guttapercha. Sungguh sesuatu yang sangat menakjubkan Karet Oblong (Guttapercha) yang berada dikawasan tersebut menjadi buah bibir sampai sekarang. Bahwa nama tjipetir (sekarang Cipetir) telah melintasi Benua dari tahun 1800-an silam. Karet Oblong telah memberikan sumbangan terbesar untuk komunikasi global saat itu terbukti adanya permintaan tinggi dari negara-negara di berbagai belahan dunia. Hal tersebut dikarenakan tangan apik perusahaan SW Silver and Company (Krakatoa, The Day The World Exploded karya Simon Winchester 2003). Perusahaan tersebut mengekstrak getah daun gutta percha yang memiliki sifat ketahanan terhadap air untuk melapisi kabel penghubung komunikasi global bawah laut. Pemilik pun mengganti nama perusahaan menjadi India Rubber, Gutta Percha & Telegraph Works Company. Tahun 1865, perusahaan ini memproduksi kabel yang ditanam di dasar laut di sejumlah samudra. Dari penemuan ini telekomunikasi global cepat tersambung. Tak jelas lokasi kebun gutta percha milik perusahaan ini. Dalam salah satu literatur hanya disebutkan, tanaman ini berkembang di Kalimantan, Sumatera, dan Jawa.

images/titanic-whitestarships.com
Penemuan ini akhirnya menyambungkan Pulau Jawa dengan dunia karena perusahaan Inggris ingin menyambungkan jaringan telegraf dari Inggris ke Australia. Eastern Telegraph Company menyambungkan jaringan komunikasi Inggris-India-Hindia Belanda-hingga ke Australia dan Selandia Baru. Lewat jalur telekomunikasi ini berita soal letusan Krakatau cepat menyebar ke seluruh dunia. Letusan besar Krakatau terjadi pada 17 Agustus 1883. Informasi letusan sebelumnya terkirim ke Eropa pada Mei 1883 melalui jaringan telegraf ini. Pukul 03.47 tertanggal 22 Mei 1883 sebuah informasi erupsi Krakatau dikirim dari Batavia ke London. Sehari kemudian kabar ini menyebar ke Eropa melalui berbagai media cetak setempat.


Sejak penemuan itu, produksi guttapercha terus meningkat. Apalagi, penggunaan getah ini juga semakin bervariasi, seperti untuk produksi alat kesehatan dan alat olahraga. Pemerintah Hindia Belanda juga tertarik mengusahakan gutta percha. Perkebunan Gutta Percha Cipetir didirikan tahun 1885. Pada saat itu, kebun Tjipetir masuk dalam kawasan Kebun Raya Bogor dan baru tahun 1914 dimasukkan ke dalam Perusahaan Perkebunan Negara atau S Lands Caoutchouch Bedrijf,” kata Kepala Tanaman Administratur Sukamaju Rahman Saleh. Pabrik pengolahan gutta percha baru didirikan beberapa tahun kemudian oleh Troop de Haas. Pabrik ini sempat terbengkalai dan baru bisa diselesaikan pada 1921 oleh H van Lennep. (Sumber: Kompas, Rabu, 12 Juni 2013)

Misteri Guttapercha Tjipetir itu berasal dari reruntuhan "RMS Titanic"  yang tenggelam pada malam 14 April sampai pagi 15 April 1912 di Samudra Atlantik Utara, empat hari setelah berangkat dari Southampton dalam pelayaran perdananya. Hal itu disebabkan bukti yang didasarkan kepada manifest cargo HMS Titanic yang menyatakan adanya cargo Gutta Percha sebanyak 100 Kantong milik Baring Bros & Co. Misteri lembaran Gutta Percha itu masih terus menarik perhatian sampai saat ini di belahan Atlantik dan masih terus diselidiki.

images/dailymail.co.uk
Temuan lembaran Gutta Percha dengan label "Tjipetir" telah lama menjadi misteri bagi penduduk dikawasan Atlantik, khususnya didaerah pantai Inggris Raya dan  disebagian pantai Eropa barat. Dari dataran tinggi Priangan tertoreh suatu catatan panjang yang berhubungan dengan budaya dan peradaban manusia. Catatan tersebut menjadi penting dikarenakan, dari sebidang tanah yang dikenal dengan PT Perkebunan Nusantara VIII Kebun Sukamaju, Afdeling III Cipetir dihasilkan budidaya yang sangat spesifik ; yakni Gutta Percha. Tepatnya tempat Karet Oblong tersebut berada di kp. Cipetir Dusun Cipetir Kec. Cikidang Kabupaten Sukabumi. (Martum Pulungan, 2013 Cipetir Misteri Titanic dan Revolusi Komunikasi)


Satu hal yang bisa kita simpulkan bahwa karet Oblong telah menjadi saksi bisu peristiwa Tenggelamnya kapal Titanic. Kapal tersebut membawa 100 kantong Guttapercha dan ditemukannya lempengan nama Tjipetir dari puing-puing kapal Titanic. Telah membawa peradaban dunia dalam suatu misteri revolusi komunikasi Global. Bisa dikatakan lamanya Indonesia dijajah pada masa Hindia Belanda merupakan hasil dari kemajuan Komunikasi di Nusantara yang menghubungkan pulau-pulau indonesia dengan negara lain. Pemerintahan Hindia Belanda pada saat itu untuk memperkuat cengkraman terhadap negara jajahannya berinisiatif menghubungkan seluruh pulau Indonesia bukan hanya dengan teknologi kabel bawah laut tetapi dengan menanam pohon randu di tiap-tiap pinggiran jalan di indonesia. Pohon tersebut berfungsi sebagai penyangga kabel telegraf pada saat itu (sekarang di aplikasikan oleh pemerintah Indonesia dengan penancapan tiang listrik dan tiang telepon diseluruh daerah indonesia). Itulah warisan sejarah dunia tentang Karet Oblong (guttapercha nama internasional) bahwa negara ini memang sangat kaya komunikasi Global saat itu adalah hasil dari tanah negri ini.















(fenomena-id dari berbagai sumber)


14 Responses to "Misteri Karet Oblong Tjipetir dan Kapal Titanic"

  1. Nice info gan... makin profesional aja ngeblognya..di sini banyak ilmunya.. newbi ikut melajar

    ReplyDelete
    Replies
    1. sama gan masih belajar juga_

      terimakasih gan udah mampir di blog ini
      semangat ngblog gan....

      Delete
  2. artikel bagus tentang sukabumi
    nice post....

    ReplyDelete
  3. Informasi di blog agan juga menarik nih, bisa saling kunjung blog nih gan menjalin silaturahmi antar blogger :)

    ReplyDelete
    Replies
    1. iya gan_ makasih udah nyempetin kesini
      silaturahmi bener gan

      Delete
  4. nice, artikelnya efisien tanpa mengurangi nilai informasi yang dapat disajikan kepada audiens.

    ReplyDelete
    Replies
    1. terimakasih pak

      terimakasih juga, atas sumber tulisannya

      Delete
  5. Ini bahasan yg menarik Kang.
    Saya pernah membaca hal ini melalui serial twittnya Kang Dedi Suhendra...
    Saya saling follow dengan beliau. Rumah juga gak jauh. Saya di Rambay, Kang Dedi di Cisaat.
    Tapi, belum pernah bertemu muka, salah satunya karena saya pulkam ke Sukabumi paling hanya seminggu sekali...

    Salam,

    ReplyDelete
    Replies
    1. oh muhun kang Dedi
      Waduh cakeut atuh nya rambay mah, engkin mah kudu kumpul-kumpul banguna na mah meh arapal.

      nuhun kang komen na

      Delete